Monday, January 20, 2014

Tentang Pembangkit Listrik Tenaga Air 6000 Megawatt di Sungai Kayan, Kalimantan Utara



Video Acara Peresmian PLTA KAYAN pada tanggal 19 Januari 2014
Letak Provinsi Kalimantan Utara (warna biru muda)

Penulis pertamakali mengetahuinya melalui Koran Lokal, Radar Tarakan. Diberitahukan di situ bahwa akan dibangun suatu bendungan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air yang berlokasi di pedalaman Kalimantan Utara, yakni di Hulu sungai Kayan. Lokasi itu amatlah jauh bila ditempuh dari Tanjung selor, bulungan. Tidak ada infrastruktur yang memadai untuk menempuhnya lewat darat. Hanya ada dua cara yang efektif namun mahal. Kita butuh speedboat untuk menempuh jalur sungai Kayan mengarungi bebatuan besar di sepanjang sungai, atau menggunakan helicopter via udara dan ini sangat mahal. Lokasi yang jauh dari perkotaan ini dipilih melalui suatu studi kelayakan di Kalimantan timur yang dilaksanakan pada april tahun 1996 sampai dengan agustus 1996 diselenggarakan oleh PT. PLN.
Kondisi arus sungai di Sekitar Lokasi Pekerjaan Proyek Bendungan Sungai Kayan, Kecamatan Peso

Daya yang dihasilkan bendungan ini adalah Antara 6000 sampai dengan 7000 Megawatt. Sebagai perbandingan, kebutuhan provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2014 diperkirakan hanya 400 Megawatt. Bendungan ini jelas proyek raksasa, Biaya pembangunannya adalah  antara 110 Trilyun rupiah sampai dengan 200 trilyun rupiah.  
Biaya sebesar itu didapat dari investor asing, yakni BUMN-nya china, China Power Investment (CPI) Corporation. CPI ini salah satu dari lima BUMN terbesar milik China. Sebelumnya CPI telah bekerja sama dengan pemerintah Myanmar membangun Myitsone Dam, bendungan besar yang akan selesai pada 2017. Bendungan tersebut diperkirakan akan menghasilkan 3.600 hingga 6.000 megawatt listrik untuk Provinsi Yunan. Itu berarti kurang lebih sama besar dan kapasistasnya dengan Bendungan di sungai kayan.
Ilustrasi bendungan Myitsone Dam yang akan dibangun di Myanmar

Hal yang menarik dari proyek raksasa ini adalah, apa Tujuan pemerintah china berinvestasi besar-besaran untuk mendanainya? Ternyata ini adalah investasi yang menggiurkan. Sasaran Proyek ini tidak hanya untuk konsumsi listrik Kalimantan Utara namun juga untuk Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Negara Malaysia (Sabah dan Serawak).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero wacik menerima kunjungan wakil President CPI, Xia Zhong, di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin 24 mei 2013. Menurut paparan wacik pada Pers terkait dengan kedatangan wakil presiden CPI, mereka tertarik untuk berinvestasi ratusan trilyun rupiah karena ada potensi kebutuhan energi di Indonesia yang tercermin dari peningkatan kelas menengah di Indonesia. Kelas menengah ini sekarang (2013) telah sampai pada angka 45 juta orang dan diperkirakan akan menjadi 135 juta orang pada tahun 2030 kelak. Orang china memang pandai melihat peluang.
Mereka tidak salah soal potensi itu, sebab Perusahaan Listrik Negara (PLN) sendiri mengakui bahwa di Indonesia ada peningkatan permintaan energy listrik 10% tiap tahunnya. Dengan adanya PLTA sungai Kayan itu, Indonesia akan mendapat keuntungan berupa tambahan Energi dan CPI akan mendapatkan keuntungan berupa hasil penjualan listrik yang meningkat 10%  tiap tahunnya.
Untuk mengejar tujuan investasinya itu CPI tentu tidak bekerja sendiri. Sebagai investor, CPI menggunakan jasa kontraktor pelaksana PT Kayan Hydro Energy, PT Hanergy Holding Group dan PT Kalimantan Electricity. Ketiga kontraktor tersebut akan membangun PLTA itu secara bertahap, dalam waktu Tiga puluh tahun. PT Kayan Hydro Energy mendapat kesempatan pertama untuk membangun.
Sejak akhir 2013 yang lalu, karyawan-karyawan PT. Kayan Hydro Energy sudah mulai melakukan aktivitas Ground Breaking. Apabila kita pergi ke Kecamatan Peso, maka kita akan dengan mudah melihat aktivitas mereka di sana. Penulis sempat beberapa kali pergi ke sana, mengamati aktivitas mereka itu dan mencari informasi tentang mereka dari masyarakat setempat dan karyawan local yang bekerja pada perusahaan tersebut. Di bawah ini penulis gambarkan apa yang penulis saksikan.  
Topografi di sekitar pembangunan Bendungan Sungai Kayan, Kecamatan Peso 
Topografgi Desa Pelban, desa yang akan ditenggelamkan yang berada di hulu bendungan sungai kayan
Pemukiman Penduduk di Desa Pelban
Pemukiman Penduduk di Desa Long Bia, Kecamatan Peso
Alat Transportasi Sungai di Peso
Mereka tinggal di Desa Long bia, di sebuah bangunan kayu dua tingkat, penginapan sederhana milik Obed Bahwan, tokoh setempat. Info dari masyarakat setempat, bangunan itu mereka sewa dengan harga dua puluh juta rupiah per tahun. Adapun makanan mereka sehari-hari dipenuhi dengan dua cara, sebagian secara catering dan sebagian lagi dengan menyewa tukang masak setempat yang digaji dengan nilai sekitar dua juta rupiah perbulan. Long bia adalah desa kecil, sehingga kehadiran karyawan-karyawan itu dianggap turut meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Kesibukan karyawan PT. Kayan Hydro Energy ini cukup tinggi. Pagi hari, sekitar jam lima subuh sampai dengan jam enam pagi, dua puluh lima orang berangkat ke lokasi pekerjaan. Mereka menggunakan perahu kayu bermotor yang cukup besar. Lima sampai enam orang adalah tenaga ahli dari china sedangkan sisanya adalah orang lokal yang dipekerjakan sebagai juru ukur, tukang tebas rumput dan penunjuk jalan. Perahu bermotor itu bergerak ke arah hulu sungai yang lumayan berjeram, menuju lokasi pekerjaan terdekat,yang berjarak kurang lebih satu jam perjalanan.
Sesampainya di lokasi, mereka mengerjakan banyak hal. Mengambil sampel tanah dan bebatuan, melakukan survey pemetaan dan berbagai hal untuk mempersiapkan proses pembangunannya kelak. Karena kondisi sungai berjeram itu, Mereka terpaksa bermalam di lokasi pekerjaan dan kembali ke penginapan keesokan harinya ketika sudah cukup jelas mana air dan mana batu jeram. Ini terus dilakukan setiap harinya secara bergantian, shift-shiftan. Tenaga-tenaga ahli china itu tampak serius bekerja keras.
Penginapan tempat Karyawan PT. Kayan Hydro Energy
Karyawan Perusahaan bersiap-siap menuju Lokasi Kerja

Tidak ada hambatan yang berarti dari masyakat setempat selama Perusahaan tersebut beraktivitas. Ini merupakan suatu hal yang menakjubkan (mengingat proyek dengan kapasistas serupa di myanmar menghadapi berbagai oposisi). Padahal, di sekitar lokasi pembangunan Sungai Kayan ini, yakni di kecamatan peso dan peso hilir, terdapat 16 desa dengan jumlah penduduk total menurut data statistik bulungan adalah sekitar 8300 (Delapan Ribu Tiga Ratus) jiwa.
Masyarakat pedesaan itu umumnya tahu tentang ancaman dan dampak yang mungkin muncul dari bendungan tersebut, yakni Pertama, bahwa bendungan yang dibangun itu bisa saja jebol dan mengakibatkan bencana bagi desa mereka karena posisinya dari pemukiman masyarakat tidaklah jauh. Kedua, bahwa minimal ada dua desa yang sudah dipastikan akan ditenggelamkan agar Pembangunan bisa berjalan lancar. Ketiga, bahwa ada proyek serupa yang lokasinya berbatasan dengan daerah mereka, yang telah dilaksanakan dan gagal alias tidak selesai bertahun-tahun — namanya proyek Bendungan Bakun. Keempat, pembangunan bendungan yang sangat besar itu akan menyebabkan perubahan-perubahan drastis terhadap iklim lokal dan kehidupan flora dan fauna yang menjadi area bercocok tanam dan berburu rakyat. 
Penulis berdiskusi dengan tokoh-tokoh setempat termasuk tokoh dari desa yang akan ditenggelamkan itu dan penulis tidak melihat ada tanda-tanda penolakan, malah menangkap ekspresi takjub dan senang pada air wajah mereka. Tidak ada satu pun dari mereka yang memperlihatkan tanda-tanda penolakan terhadap rencana pembangunan bendungan itu. Seakan-akan bendungan itu adalah sesuatu yang kecil dan remeh belaka. Seakan-akan mereka telah melihat sesuatu yang lebih besar, yang berkali lipat lebih besar dari rencana tersebut.
Dan Mereka memang telah melihat bendungan yang lebih besar, yakni Bendungan Three Gorges Dam, di Beijing, China. Bendungan ini memiliki kapasistas daya listrik sebesar 22000 megawatt. Sepanjang tahun 2013, Kepala-kepala desa dan tokoh-tokoh desa lainnya seperti Kepala Adat dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa, telah dua kali diberangkatkan ke china oleh PT. Kayan Hidro Energy. Dari desa-desa pedalaman sungai kayan yang sederhana, mereka menempuh jalur udara menuju Jakarta, lalu langsung melompat lebih jauh ke Hongkong, lanjut ke Beijing kemudian ke provinsi hubei untuk melihat Bendungan raksasa Three Gorges Dam, dan terus ke Sanghai untuk menyaksikan dengan mata kepala sendiri hasil dari pembangunan Negeri China. Dua minggu mereka di-brainstorming di sana.
“Ketika kami kembali ke Jakarta, kami melihat Jakarta seperti Kampung kecil, dibandingkan Beijing dan Sanghai” Kata salah seorang kepala desa. Betapa takjubnya mereka melihat China yang serba canggih itu dan membuat mereka yakin bahwa tidak ada ancaman dan dampak buruk yang berarti dalam Bendungan sungai kayan kelak. 

Bendungan Raksasa di sungai Yangtze, Three Gorges Dam, di provinsi Hubei, China

Proyek Bendungan Bakun, di Sabah Malaysia
Perjalanan menuju Desa Pelban, salah satu desa yang akan ditenggelamkan
Demikianlah apa yang menyebabkan tidak adanya penolakan dan gangguan yang berarti dari masyarakat setempat terhadap rencana Pembangunan Bendungan sungai kayan itu. Penolakan dan gangguan tidak ada karena perusahaan berhasil meyakinkan tokoh-tokoh setempat -- yang dalam tradisi pedesaan juga berarti meyakinkan mayoritas masyarakat -- bahwa bendungan itu akan berhasil dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang mereka saksikan di China. Mungkin juga tidak sesederhana itu dan masih banyak faktor lainnya yang membuat tokoh-tokoh itu mendukung proyek tersebut (misalnya Kompensasi berupa rumah baru dan sejumlah besar uang kepada penduduk desa yang akan ditenggelamkan dan impian bahwa tidak ada lagi krisis listrik di pedesaan-pedesaan itu yang sejak kemerdekaan indonesia mengalami krisis listrik hingga tahun 2014 ini), namun tampaknya “perjalanan ke china” ini tentunya termasuk salah satu faktor yang sangat menenntukan.
Bendungan ini pada tanggal 18 januari 2014 kemarin, diresmikan  --dengan sukses-- oleh Menteri ESDM melalui acara Peletakan Batu Pertama. Acara ini diselenggarakan di lokasi pekerjaan di wilayah Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Dua buah helipad disiapkan untuk transportasi pejabat-pejabat penting yang hadir di acara tersebut, antara lain Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo, Panglima TNI Jenderal moeldoko, Direktur Utama PT. PLN (Persero) Nur Pamudji, Duta Besar RI untuk RRC Imron, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, Plt. Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie, Bupati Malinau Yansen TP serta Pejabat di lingkungan Pemkab Bulungan dan Provinsi Kalimantan Utara. Koran tertanggal 20 januari menjadikan berita ini Headline surat kabarnya dengan judul “Listrik Peso Terbesar di Indonesia”. Sebuah judul yang sangat optimis di awal tahun 2014 ini.
Demikianlah tulisan sederhana dan singkat mengenai Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air di Sungai Kayan, Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara ini. Penulis akan berusaha meperbaharui dan mengembangkan data-data terkait dengan Proyek ini pada tulisan-tulisan berikutnya. Penulis berharap pembaca sekalian dapat turut memonitoring kegiatan pembangunan proyek ini. (joko/kaltara)

Update Berita : 

Informasi lebih lanjut tentang Bendungan Kayan dapat dilihat pada Dokumen berikut ini: 


No comments: